Rabu, 30 Agustus 2017

Sejarah Desa


 Sebelum bernama Desa Tawanggargo, desa ini bernama Sumbersari yang memiliki enam dusun. Terdapat Dusun Leban, Dusun Lasah, Dusun Ngudi, Dusun Kalimalang, Dusun Suwaluhan, dan yang terakhir Dusun Boro.
Diawali dari Dusun Leban, yang bedah krawang Dusun Leban namanya Mbah Kisdamu, punya sahabat (saudara) yaitu Mbah Sarbo. Mbah Sarbo punya anak bernama Mbah Sarpo, Mbah Sarpo inilah yang bisa punya anak dan teman-teman yang banyak. Orang dari luar daerah banyak yang datang kesini dan akhirnya membangun dusun yang diberi nama Dusun Leban. Diberi nama Dusun Leban karena setiap siang dan malam tergenang (keleleban) air dari tanah yang surut di sebelah utara. Pada saat itu para warga mengungsi mencari tempat yang aman untuk masak ke tempat yang tidak tergenang air. Kemudian para warga bersama-sama membangun atau meratakan tanah agar bisa dipakai masak. Perkembangannya Dusun Leban yang sebelah utara timur ada tanah   dan tanaman yang sering terkena banjir, agar tidak terkena banjir lalu di pasang andil/tangkis dan ditanami pohon jambe. Akhirnya tempat itu diberi nama Sumber Jambe atau Beran Jambe. Kemudian banyak warga yang membuat rumah di situ, karena bertambahnya rumah terus menerus di tempat itu akhirnya diberi nama Leban Jambe. Selain itu tanah yang sebelah timur selatan terdapat sumber air, sumber air itu dekat dengan rumah Mbah Latri. Mbah Latri mempunyai banyak anak sehingga tempat itu dinamakan Leban Latri. 


*Berikut susunan Kepala Dusun (Kamituwo) Leban dari tahun ke tahun :
1. Kardi dari tahun 1920-1950
2. Saniman dari tahun 1950-1992
3. Sunari dari tahun 1992-Sekarang
Yang kedua adalah Dusun Lasah, dusun ini juga ada yang bedah krawang namanya Mbah Tasiman ya Mbah Tunggul Wulung. Di daerah sini dulu banyak tumbuhan kopi seperti perkebunan yang sangat luas, banyak buah kopi yang rutuh tidak  ada yang memakan sehingga berserakan (blesah). Jadi karena banyaknya kopi yang berserakan (blesah) pada perkembangan zaman daerah ini dinamakan Dusun Lasah.


*Berikut susunan Kepala Dusun (Kamituwo) Lasah dari tahun ke tahun:
1.      Sarto
2.      Sidik
3.      Tayib
4.      Lik’Ami
Berikutnya adalah Dusun Ngudi, yang bedah krawang dusun ini adalah Mbah Glempo. Mbah Glempo dan para warga bersama-sama membuat sungai atau kali (jalan air) untuk menghidupi tanaman di sawah. Setelah sampai di dusun lajar sungai atau kali tadi terhalang oleh batu,sehingga air tidak bisa mengalir. Batu yang menghambat tadi di hancurkan memakai kapak dan tatah, para warga juga berpuasa maksudnya meminta (ngudi) agar air tadi bisa mengalir ke sawah. Hasilnya air yang dialirkan lewat bawah batu tadi bisa mengalir ke sawah. Batu yang menghalangi aliran air tadi bernama batu gandul. Sehingga pada perkembangan zaman daerah ini dinamakan dusun Ngudi.
*Berikut susunan Kepala Dusun (Kamituwo) Ngudi dari tahun ke tahun:
1.      Rakiyo dari tahun 1920-1950
2.      Pak Siti dari tahun 1950-1968
3.      Naris dari tahun 1968-1992
4.      Dahlan dari tahun 1992-sekarang
Keempat adalah dusun Kalimalang, yang bedah krawang dusun ini adalah Mbah Ronggo Bumi yang perempuan bernama Mbah Poniah, orangnya ahli semedi (pertapa) masih kerabat dari pangeran Diponegoro. Bertepatan dengan tanah yang ditempati itu, sungai-sungai banyak yang terdapat di tengah-tengah dusun kearah horizontal (malang). Oleh karena itu dusun ini diberi nama dusun Kalimalang.
*Berikut susunan Kepala Dusun (Kamituwo) Kalimalang dari tahun ke tahun:
1.      Sam dari tahun 1920-1968
2.      Madasim dari tahun 1968-2000 
3.      Masrukin dari tahun 2000-sekarang
Berikutnya yang kelima adalah Dusun Suwaluhan, yang bedah krawang dusun ini adalah Mbah Sardo (Mbah Mataram) asalnya dari kerajaan Mataram. Makamnya dikeramatkan di situ di bangun rumah-rumahan (krapyak) sehingga di situ ada dukuh krapyak. Di tanah itu tumbuh banyak tanaman labu (waluh), karena banyaknya tanaman labu (waluh) yang tumbuh disitu akhirnya daerah ini dinamakan dusun Suwaluhan.
*Berikut susunan Kebayan Suwaluhan dari tahun ke tahun:
1.      Kunawi dari tahun 1920-1928
2.      Saliyo dari tahun 1928-1942
3.      Wiro Tami dari tahun 1942-1965
4.      Tomo dari tahun 1965-1968
5.      Jayadi dari tahun 1968-1994
6.      Maksum dari tahun 1994-2008
*Kamituwo: Maksum dari tahun 2008-sekarang
Terakhir adalah Dusun Boro, orang-orang di dusun ini berasal dari dusun-dusun lain dari desa ini yang membuka hutan untuk lahan tanaman. Orang-orang yang bekerja (boro) di tempat itu tidak pernah pulang dan tidur disitu. Mereka merawat tanaman di situ sampai panen dan sampai menanam tanaman kembali. Lama –kelamaan banyak orang-orang tadi mendirikan rumah di situ, sehingga menjadi dusun Boro. Di dusun boro terdiri dari:
a. Boro Karangan, orangnya berasal dari karangan
b. Boro Ngodang, orangnya berasal dari Ngodang
c. Boro Lasah, orangnya berasal dari Lasah
d. Boro Kampungan, orangnya berasal dari berbagai daerah
*Berikut susunan pengurus pengairan desa (Kepetengan) dari tahun ke tahun:
1. Gimok dari tahun 1920-1950
2. Rais dari tahun 1950-2000
3. Suwandi dari tahun 2000-2008
*Kamituwo : Suwandi dari tahun 2008-sekarang
Akhirnya dari keenam dusun diatas bersama-sama sepakat membentuk sebuah desa, yaitu desa Sumbersari karena di desa ini punya sumber yang besar. Sumber tadi mengeluarkan air yang bercampur dengan tanah dan pasir, tanah dan pasir tadi tertinggal dan yang mengalir bersih dan bening adalah sarinya atau airnya. Oleh karena itu sumber tadi dinamakan sumbersari dan dipakai untuk nama desa, Desa Sumbersari 
Tidak lama kemudian, ada penjajah dari bangsa Belanda datang ke desa ini. Sumber tadi dibangun (di bueng) oleh bangsa Belanda kurang lebih pada tahun 1928. Semua penduduk dan warga setempat harus patuh pada aturan dan tata cara yang dibuat oleh Belanda, bagi yang melanggar akan dihukum bahkan dibunuh. Tanah tanah persawahan atau ladang di tata di petak-petak (di Petok, di langsir, di krawang,dll) ada tanah yang subur (tanah gogolan), ada tanah yang gersang (tanah beranan),dan lainnya.
Kemudian para pegawai onderan (Camat, Kepala Desa,dll), perangkat-perangkat desa, para penduduk desa,serta ontener-ontener/pegawai/prajurit belanda bersama-sama bekumpul. Tempat yang dipakai untuk berkumpul di Dusun Leban sebelah selatan. Tempat yang dipakai berkumpul orang-orang tadi namanya enggon gelangan ( tempat berkumpul untuk musyawarah). Saat berkumpul orang-orang tadi melihat ke arah utara, timur selatan, dan barat sangat  terang (Tawang) terlihat gunung (Argo). Oleh karena itu desa yang dulunya bernama sumbersari ini diganti namanya menjadi desa Tawangargo.
Sejarah Tokoh Pemimpin Desa Tawangargo dimulai pada zaman penjajahan belanda, Desa Tawangargo pertama kali dipimpin seorang Aries setingkat kepala desa dan tidak diketahui mulai tahun berapa dipimpin seorang ARIES, berikut nama-nama ARIES yang pernah memimpin Desa Tawangargo :
1.    Aries Sarjo ( ---  -   1920 )  Dusun Leban
2.    Aries Sarno/Pak Surti (1920 – 1930 ) Dusun Leban
Pada tahun 1930 Desa Tawangargo mulai dipimpin oleh seorang kepala desa yang konon dilakukan dengan pemilihan langsung oleh rakyat, dan berikut nama-nama kepala desa yang pernah menjabat si Desa Tawangargo :
1.    Bapak Tarop ( 1930 – 1947 ) / Dusun Leban
2.    Bapak Sanin ( 1947 – 1951 ) / Dusun Ngudi
3.    Bapak Siamah ( 1951 – 1957 ) / Dusun Kalimalang
4.    Bapak Muzaeyin ( 1957 – 1990 ) / Dusun Kalimalang
5.    Bapak Naris ( 1990 – 1998 ) / Dusun Ngudi
6.    Bapak Wahyudin, SH ( 1998 – 2013 ) / Dusun Kalimalang
7.    Bapak Ferri Misbahul Hakim (20132015) / Dusun Boro
8.    Bapak Supriyanto (20152017) / PJ dari Kecamatan Karangploso
9.    Bapak Sukar (2017 Sekarang)